Rabu, 21 Januari 2015

Lee Hyun Woo fanfic - Live to Shoot - Chap 04

Live to Shoot
.
.
.
CHAPTER 04
Esok harinya, sebelum mereka berangkat ke vila. Mereka meliat rekaman dari CCTV yang mereka pasangkan diseluruh vila, mereka melihat satu per satu dari dua puluh CCTV yang mereka pasang diseluruh penjur vila. Dan saat melihat rekaman yang terpasang di samping vila, mereka melihat sesuatu yang mengganjal. Disana terlihat ada seseorang dengan baju serba hitam dan juga menutupi wajahnya dengan topeng hitam sedang berjalan dengan membawa pisau. Dan pisau yang dibawanya memiliki bekas darah.
“Bodoh juga dia, dia tidak menyadari kalau dia itu terekam,” kata Eun Gyul.
“Kata siapa dia bodoh? Jika dia bodoh pasti dia tidak menggunakan topeng,” protes Ahn Na.
“Tapi jika aku lihat dari postur tubuhnya, dan cara jalannya aku sepertinya mengenalnya,” kata Han Na.
“Han Na-ssi,kau mengenalnya?” tanya Eun Gyul.
“Eonni, dia seperti ahjussi bukan?”
“Iya, dia seperti Min Jeong ahjussi.” 
“Tepat, dia ahjussi. Tapi kenapa dia membawa pisau? Jangan-jangan dia telah membunuh ayah? Baik kita jebak dia,” kata Han Na.

“Jebak dia? Gimana caranya? Oh aku benar-benar pusing,” keluh Seung Hoo.
Setelah mereka merundingkan rencana mereka, mereka berangkat ke vila dengan membawa perlengkapan untuk menjebak pembunuh yang diduga ahjussi dari Han Na da Ahn Na. Setelah sampai, mereka terkejut karena melihat petugas penjaga yang sudah tak bernyawa. Ternyata benar bahwa pembunuh itu juga membunuh siapapun yang menghalangi jalan dia untuk menjalankan aksinya.
“Oh, dia sangat kejam,” kata Hyun Woo sambil memeriksa mayat petugas penjaga yang sudah tergeletak ditanah dengan darah yang berceceran.
“Panggil ambulance, untuk membawa mayat ini ke rumas sakit lalu hubungi keluarganya. Setelah itu kita bersihkan ini,” perintah Hyun Woo.
Setelah semuanya selesai, mereka menjalankan rencana mereka dengan sangat teliti. Semua yang ada disana membagi tugas untuk menjebak pembunuh itu. Dalam rencana itu Hyun Woo, Eun Gyul dan Seuung Hoo menyamar sebagai petugas penjaga dengan menggunakan seragam lengkap, Hyun Woo bertugas di pos penjaga dan dua orang sisianya bertugas didepan gerbang. Lalu semua perempuan burtugas merekam kejadian, Han Na ada di belakang pos penjaga, Ahn Na dan Ae Rin berada dilantai dua untuk memantau gerak-gerik pembunuh itu menggunakan walkie-talkie yang masing-masing mereka bawa.

#LiveToShoot#
Semua menunggu kedatangan pembunuh itu dengan sabar. Setelah mereka menunggu hampir dua jam, akhirnya pembunuh itu datang juga. Dia melihat keadaan di sekitar, dan saat melihat ke arah pos penjagaan ia langsung berjalan menuju pos. Dan saat itu Han Na merekam kejadian dari sang pembunuh berjalan menuju pos penjagaan. Saat sudah hampir mendekati Hyun Woo, Hyun Woo menutupi wajahnya dengan topi yang ia gunakan. Dan dalam sekejap si pembunuh itu akan membunuh Hyun Woo dengan menancapkan pisau ke tubuhnya. Tetapi karena Hyun Woo memiliki ilmu bela diri yang cukup tinggi, maka mereka berdua berkelahi, dan saat itulah Eun Gyul dan Seung Hoo datang untuk meringkus pembunuh itu, dan berhasil. Ae Rin dan Ahn Na turun untuk ikut melihat siapa yang ada didalam topeng itu.
Han Na melepas topeng yang dikenakan oleh pembunuh itu, Ahn Na dan Han Na kaget ketika ia tahu siapa dibalik topeng itu. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, pembunuh yang sudah tak berdaya karena tangan diborgol adalah paman dari Ahn Na dan Han Na, Kim Min Jeong.
“ Ahjjushi? Kenapa kau bunuh ayahku?!” kata Han Na dengan marah dan nyaris saja menendang ahjushi yang tepat ada didepannya.
“Karena aku ingin rumah sakit yang ayahmu pegang,” jawab Ajjushi dengan garang, karena ia gagal melakukan kejahatannya.
“Tapi kenapa harus dengan cara seperti ini? Tapi bukankah kau juga disana memegang yayasan yang besar?” tanya Ahn Na dengan geram dan hampir juga memukul ajjushinya tetapi ia ditahan oleh Seung Hoo dan jauhkan dari ajjushinya.
“Sebaiknya lagsung kita amankan saja dia, bawa ke mobil,” perintah Hyun Woo smbil mengusap darah di sudut bibirnya yang terkena pukulan saat berkelahi tadi.
“Hyun Woo-ah, kau baik-baik saja?” tanya Han Na setelah membawa masuk ajjushinya ke dalam mobil.
“Ah gwaenchana,” jawab Hyun Woo sambil menggandeng Han Na untuk masuk juga ke dalam mobil da membawa ajjushinya ke kantor polisi Jeju.
‘Hangat, tangannya begitu hangat,’ batin Han Na ketika Hyun Woo mengandengnya masuk ke mobil.
Semua hanya diam didalam mobil, semua sibuk dengan pikirannya sendiri. Hanya Eun Gyul yang tak memikirkan hal yag sedang terjadi karena ia sedang berkosentrasi untuk mengemudi menuju kantor polisi Jeju. Terdengan lagu Fantastic Baby milik Big Bang yang ternyata adalah nada dering ponsel Hyn Woo dan Hyun Woo segera mengangkat telepon dari Ketua Lee.
“Yeoboseo,” kata Hyun Woo setelah mengangkat telepon lalu ia mendengarkan suara diseberang telepon kemudian kembali berbicara.
“... anda sangat tepat waktu, saat ini kami sudah meringkus pelaku pembunuhan dari Direktur Seo, dan saat ini kami akan membawanya ke kantor polisi Jeju,” kata Hyun Woo berhenti sebentar dan dilanjutkannya ia berbicara.
“Baiklah, akan saya laksanakan. Besok kami akan mengirim dia lewat kapal khusus milik kepolisisan Jeju dan akan ada pengawalan ketat dari sini,” lanjut Hyun Woo yang akan segera memutuskan hubungan tetapi wajahnya terlihat kaget tidak percaya.
“Ketua, ini sungguhan? Oh kami sungguh berterimakasih pada anda, baiklah akan saya urus. Dan saat kami akan pulang akan memberi kaba pada anda,” Diletakannya ponselnya dan ia kembali memperhatikan perjalanan dengan sangat semangat.
Sesampainya dikantor polisi Jeju, mereka disambut oleh kepala kepolisiaan dan mereka saling berjabat tangan. Dan mereka memasuki ruang khusus untuk berdiskusi di kantor polisi Jeju.
“Selamat malam, senang bertmu dengan anda. Kami membawa pelaku pembunuhan dari Direktur Gonyang Hospital Seoul, dan kami minta bantuan anda untuk mengirimkan dia ke Pelabuhan Seoul dengan penjagaan ketat, karena dia sangat menginginkan kabur lalu dia juga tidak ragu untuk membunuh siapapun yang menghalanginya. Dan satu lagi, dia juga sudah membunuh petugas penjaga divila beliau,” jelas Seung Hoo pada ketua kepolisian Jeju.
“Baiklah, akan kami urus dengan baik. Kami senang berkerja sama dengan anda. Tapi siapa yang akan menemput pelaku ini?” tanya kepala kepolisian.
“Kami sudah menelpon Ketua Lee untuk menjemput dia, jika ada yang kurang jelas bisa hubungi saya,” kata Seung Hoo sambil memberikan kartu namanya, dan kemudian mereka berpamitan untuk pulang karena masih ada yang harus diurus di TKP.
Semua penasaran dengan pembicaran Hyun Woo dengan Ketua Lee, hingga saat perjalanan pulang ke vila keadaan menjadi riuh semua bertanya pada Hyun Woo apa yang dibicarakannya tadi.
“Hyung, Ketua Lee tadi bicara apa?” Tanya Eun Gyul dengan tidak sebar.
“Kabar gembira,” Jawab Hyun Woo sambil tersenyum-senyum sendiri hingga orang-orang heran melihatnya.
“YA! Kabar gembira apa? Aku penasaran,” Kata Ahn Na yan mulai kesal karena ia terlalu penasaran.
“Baiklah, baiklah akan aku beri tahu kalian semua. Kita diberi waktu liburan selama satu bulan penuh dari besok,” Kata Hyun Woo sambil berseri-seri, disambut teriakan riuh semua penumpang mobil karena mereka sangat senang mendapat libur setelah mereka bekerja sangat keras saat menangani kasus ini mereka membutuhkan waktu satu bulan lebih.
“Tapi kita akan pulang lalu kita liburan di Seoul, bagaimana?” usul Seung Hoo.
“Setuju~” jawab mereka serempak.

#LiveToShoot#

Mereka sudah sampai divila yang mereka tinggali selama di Pulau Jeju. Mereka semua segera mengemasi baang-barang mereka untuk dibawa pulang besok pagi sekali. Setelah selesai berkemas, mereka jalan-jalan dipinggir pantai dan membuat api unggun disana. 
“Ahhh, akhirnya selesai juga. Aku sangat lelah, otakku butuh istirahat,” kata Han Na sambil mengacak rambutnya sendiri.
“Oi, Rambutmu berantakan,” Kata Hyun Woo sambil mengacak rambut  Han Na menjadi semakin berantakan.
“Ahn Na-ya, bagaimana dengan mu? Kau libur?” tanya Seung Hoo.
“Tidak, tapi aku banyak waktu luang,” jawab Ahn Na sambil tersenyum manis.
“Chagiya, kau akan pulang ke Busan?” tanya Eun Gyul pada Ae Rin.
“Ya, ak aku pulang ke Busan besok. Sayang sekali, padahal aku sangat ingin berlibur dengan kalian semua,” keluh Ae Rin.
“Gwaenchana, jika ada waktu aku akan ke Busan atau kau yang akan ke Seoul,” kata Eun Gyul sambil merangkul Ae Rin yag ada di sebela kanannya kemudian diciumnya kening Ae Rin.
Semua berhenti didepan vila mereka setelah lama mereka mengelilingi pantai sekitar vila. Dan mereka membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh meeka setelah diterpa angin pantai yag dingin tetapi menyejukan. Saat-saat seperti ini sangat menyenangkan bagi mereka yang telah bekerja menguras otak dan tenaga, mereka menyanyikan banyak lagu sambil menari mengelilligi api unggun.

#LiveToShoot#

Kini sudah pukul 05:30, mereka sudah siap dengan barang bawaan mereka yang sangat luar biasa banyaknya. Ae Rin hanya mengantar sampai pelabuhan karena ia juga harus kembali ke Busan. Sebenarnya Ae Rin sangat ingin ikut pergi ke Seoul, tapi karena pekerjaan jadi apa boleh buat.
“Sampai jumpa, jangan lupa jika sudah sampai telpon aku. Chagiya, aku akan merindukanmmu,” kata Ae Rin yang langsung dipeluk oleh Eun Gyul dan dibelai rambutnya dengan lembut.
“Aku juga merindukanmu,” kata Eun Gyul sambil melepas pelukannya.
“Oh, ending drama yang mengharukan,” ledek Seung Hoo.
“Aku juga ikut terharu hyung,” kata Hyun Woo ikut meledek sambil memeluk Seung Hoo yang disambut gelak tawa yang tidak terhentikan.
“Ya! Berhenti memanggilku dengan sebutan ‘Hyung’!” protes Seung Hoo yang selalu marah jika dipanggil ‘Hyung’ oleh Hyun Woo.
“Oh, geurae noona,” jawab Hyun Woo lagi.
“Kenapa ‘noona’?” tanya Seung Hoo sambil menangis kesal.
Semua bercanda sambil menunggu kapal jemputan mereka datang, dan ketika kapalnya sudah tiba Ae Rin meneteskan sebutir air mata.
“Ya, jangan menangis, nanti matamu kabur. Cantikmu akan hilang jika kau terus menangis,” seru Eun Gyul.

#LiveToShoot#

Sesampainya di Pelabuhan Seoul, mereka menuju mobil yang sudah sangat mereka kenal, mobil Hyundai Silver yang dengan gagah menunggu mereka tak jauh dari tempat mereka turun dari kapal.
“Hyung, kau yang menyetir,” pinta Eun Gyul kepada Hyun Woo.
“Baiklah.”
Mereka menunggu barang-barang mereka dimasukan ke dalam bagasi mobil. 
“Gamsahamnida,” ucap Hyun Woo pada seseorang yang memasukan semua barang ke dalam bagasi mobil.
Semua masuk kedalam mobil dengan semangat. Hyun Woo mengemudi, Seung Hoo duduk disampingnya dan dikursi belakang ada Han Na, Ahn Na dan Eun Gyul.
“Kalian akan langsung pulang atau kemana?” tanya Hyun Woo.
“Kalau kalian?” Ahn Na balik bertanya.
“Kami tinggal bersama, jadi ya kami aka langsung pulang. Atau kalian akan mampir kerumah kami dulu? Petang nanti akan ku antar,” tawar Hyun Woo.
“Bolehlah.”
Mereka bercanda disepanjang jalan menuju rumah Hyun Woo, Seung Hoo dan Eun Gyul. Mereka saling melontarkan lelucon yang membuat suasana menyenangkan.
Sesampainya didepan sebuah rumah. “Sudah sampai,” ucap Hyun Woo sambil melihat ke kursi belakang.
Ahn Na melihat keluar dari kaca jendela. “Wah.. besar sekali. Ini hebat,” komentar Ahn Na terkagum-kagum.
“Ayo masuk,” ajak Eun Gyul.
Setelah mereka masuk, banyak petanyaan yang meluncur dari mulut Ahn Na dan Han Na.
“Rumah ini milik siapa diantara kalian”
“Rumah ini warisan dari orang tua ku,” jawab Hyun Woo.
“Apakah ada perempuan yang mengurus rumah ini?” tanya Han Na yang dibalas dengan gelengan kepala Eun Gyul dan Seung Hoo serempak.
“Ada berapa kamar disini?”
“Lima kamar, memang kenapa? Kau ingin menginap?” tanya Hyun Woo mendengar pertanyaan Han Na.
“Aniya, hanya bertanya. Siapa tahu, entah kapan aku akan meminjam kamar kalian,” jawab Han Na.
“Kalian duduk dulu, akan kubuatkan minuman. Kalian ingin minum apa?
“Terserah kau saja.”
Han Na dan Ahn Na sangat senang berada di rumah Hyun Woo ini. Sangat menyenangkan, ketika mereka melihat ke halaman belakang disana ada sebuah ayunan dan tempat untuk menjemur pakaian. Dengan cepat, Han Na dan Ahn Na berlari menuju ke arah ayunan itu dan memainkanya.
“Aku sangat menyukai rumah kalian,” seru Ahn Na.
“Nikmati dulu sebelum kallian pulang, dan kalian bisa kesini apanpun asal kami ada dirumah.,” kata Hyun Woo yang keluar sambil membawa nampan berisikan lima gelas minuman.
Kini sudah petang, Ha Na dan Ahn Na akan segera diantar ke apartemen mereka masing-masing.
“Gomawo karena sudah mengizinkan kami melihat rumah kalian,” ucap Han Na ketika sudah turun dari mobil.
Kini mereka mengantar Ahn Na ke apartemennya.
“Sampai jumpa,” kata Ahn Na sambil melambaikan tangannya da segera masuk keapartemennya.
.
.
.
.TBC
.
.
.
................................................................................................
A/N
Sorry, glosariumnya kagak gua tulis, soalny malesnya gua kambuh lagi.
Padahal gua yakin banget kalo kalian yang baca pasti tau maksudnya, kan?
Masih ada banyak chapter lagi yang belom gua post, jadi tunggu yak, jadinya cantik..
trims dah mampir..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar