Rabu, 21 Januari 2015

Lee Hyun Woo fanfic - Live to Shoot - Chap 01

Live to Shoot
.
.
.
CHAPTER 01

“Ya*!”teriak Hyun Woo kepada Eun Gyul dan Seung Hoo yang masih tertidur pulas ditempat tidur mereka.
“Hyung*.. kenapa kau berteriak seperti itu?? Aku padahal sedang bermimpi dengan YoonA So Nyo Si De*,” jawab Seung Hoo sambil menguap.
Hyun Woo yang gemas melihat semua tingkah kedua sahabatnya,dengan sigap menarik mereka berdua ke kamar mandi, karena mereka sebentar lagi akan telat berangkat ke kantor. Dengan malas mereka berdua mandi secara bersamaan karena sudah tidak ada waktu lagi, sementara mereka berdua mandi Hyun Woo sudah bersiap dengan mengenakan celana jeans hitam, kaos putih dan jaket hitam yang dibiarkan terbuka menyelimutinya. Style yang sangat cocok dengan postur tubuh Hyun Woo yang ideal. Saat kedua temannya keluar dari kamar mandi Hyun Woo langsung berteriak.
“Kalian ini, kenapa lama sekali hah?? Ini sudah jam berapa?? Jam 06:45 kalian tahu?”  kata Hyun Woo pada kedua sahabatnya.

“Hyun Woo-ya*, ini masih pagi kenapa kau sudah berteriak?,” jawab Seung Hoo.
“Ah sudahlah palli* kitakan kemarin sudah dihubungi oleh Ketua Lee untuk datang lebih awal,” kata Hyun Woo yang sudah mulai sabar.
Setelah selesai, mereka langsung naik ke mobil dan Eun Gyul yang mengendarai dengan kecepatan tinggi. Seung Hoo yang ketakutan karena kecepatan mobil mencapai 90km/jam langsung menjitak kepala Eun Gyul.
“Ya! Kenapa kau cepat sekali, hah?” tanya Seung Hoo kesal.
“Hyung, tadi suruh cepat?” balas Eun Gyul.
“Tapi tak secepat ini,” kata Seung Hoo.

#LiveToShoot#

Sesampainya mereka dikantor, mereka disambut dengan wajah serius Ketua Lee.
“Ketua Lee, kenapa wajahmu seperti itu? Apakah ada yang tidak beres?” tanya Hyun Woo menyelidik.
“Kalian sekarang ikut ke ruanganku,” kata Ketua Lee dengan ekspresi datar seperti sedang memikirkan sesuatu.
Sambil mengikuti Ketua Lee, mereka berbisik-bisik.
“Menurut kalian apa yang akan dia bicarakan?” tanya Hyun Woo.
“Entahlah, tapi semoga saja kita tdak dipecat. Kita ini kan baru berkerja satu tahun,” jawab Seung Hoo.
“Tidak mungkin, memang kita melakukan kesalahan apa?”, jawab Eun Gyul.
“Cepat masuklah,” kata Ketua Lee yang membuyarkan pikiran-pikiran aneh mereka bertiga.
“Duduklah. Jadi, kalian bertiga aku panggil ke sini karena ada tugas yang harus kalian selesaikan,” jelas Ketua Lee.
“Tugas apa, apakah kita harus menyelidiki perampokan, pencurian, atau pembunuhan?” tanya Eun Gyul panjang lebar.
“Benar, kasus pembunuhan,” kata Ketua Lee lagi.
“Ha? Pembunuhan? Tolong aku tak bisa beranapas,” kata Seung Hoo yang tetap diabaikan oleh semua orang yang ada didalam ruangan itu.
“Bisakah anda jelaskan bagaimana detailnya?” tanya Hyun Woo.
“Begini, ini kasus pembunuhan direktur dari Gonyang Hospital, beliau diduga dibunuh di vilanya yang ada di pulau Jeju, tetapi jasad beliau belum ditemukan. Dan beliau diduga di bunuh oleh orang dalam yang mengenalnya. Jadi kalian harus menyelesaikan kasus ini hingga tuntas dan ditemukannya pelaku. Baik, kalian bisa memulai menyelidiki kasus ini mulai besok. Satu hal lagi kalian akan berkerja sama dengan detektif Han Na,”  jelas Ketua Lee.
‘Seo Han Na, bukankah dia detektif muda yang sangat cantik itu? Kenapa aku tiba-tiba sangat senang seperti ini?’ batin Hyun Woo.
“Tapi bukankah seharusnya kasus ini dirapatkan dulu dengan anggota lainnya?” tanya Hyun Woo.
“Para komandan yang merapatkan ini dan tim kitalah yang bertugas menyelesaikan tugas ini. Arraseo*?”, jelas Ketua Lee.
“Ne*. Bolehkah kami bertiga langsung membicarakan kasus ini diruangan kami? Saya akan konfirmasikan nanti,” tanya Seung Hoo.
“Silahkan,” kata Ketua Lee.
Sebelum mereka masuk ke ruangannya, mereka mengambil kopi terlebih dahulu di alat pembuat kopi yang tak jauh dari ruangan mereka sebagai tema berdiskusi nanti.
“Baik, kita harus menentukan tempat untuk penyelidikan. Jadi yang harus kita kunjungi yaitu Vila yang ada di pulau Jeju, rumah Direktur, dan rumah sakit Gonyang. Itu yang utama lalu yang lain kita akan menyusul. Dan kita juga harus menginterogasi beberapa orang yang bersangkutan,” jelas Seung Hoo.
“Baiklah aku mengerti dan besok kita harus ke kantor untuk menjemput detektif Han Na,” tambah Hyun Woo.
“Changkaman*, aku merasa ada yang aneh dengan identitas detektif Han Na,” kata Eun Gyul dengan misterius.
“Apa maksudmu dengan aneh? tanya Hyun Woo.
“Kalian semua tahu kalau nama dari detektif Han Na adalah Seo Han Na, dan nama Direktur Seo adalah Seo Song Il dan istrinya adalah nyonya Sofia. Dan ibu dari Han Na juga Sofia dan itu berarti..” kata Eun Gyul serius.
“Berarti.. Han Na anak Presdir Seo,” kata mereka bertiga bersamaan.
“Oh Han Na-ssi.. kasihan sekali kau,” kata Eun Gyul sambil menampakkan muka memelas.
“Oh kami turut berduka cita,” tambah Seung Hoo 
Mereka terus mendiskusikan rencana penyelidikan hingga jam pulang tiba.

#LiveToShoot#

Sesampainya dirumah, mereka membersihkan diri dan bersiap makan malam. Saat makan malam, mereka menentukan tujuan besok pagi.
“Jadi besok kita akan kemana? Tidak mungkin juga jika kita langsung ke pulau Jeju. Karena kemungkinan kecil mayat Presdir Seo ada disana, tapi ada kemungkinan besar mayatnya sudah dibuang atau disembunyikan. Jadi kita akan ke pulau Jeju dihari kedua. Bagaimana?”, jelas Seung Hoo.
“Baiklah aku mengerti. Kurasa besok kita harus ke Gonyang Hospital, bagaimana?”, tanya Hyun Woo.
“Akhu se-thu-jwu,” kata Eun Gyul dengan mulut penuh makanan, hingga suaranya tidak jelas.
“Ya!! Telan dulu makananmu? Nanti kau tersedak,” kata Seung Hoo.
“Geurae* hyung. Uhk.. uhk.. mi..numan,” kata Eun Gyul yang tersedak.
“Ini. Dengarkan kata-kata ku. Terjadi juga akhirnya,” kata Hyun Woo sambil menuangkan air minum ke gelas Eun Gyul.
“Oh.. gomawo* hyung,” ucap Eun Gyul sambil memeluk Hyun Woo yang ada disebelahnya.
“Minggir.. menjijikan,” kata Hyun Woo bergidik.
Seung Hoo hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka berdua yang sangat gila. Selesai makan mereka membersihkan semuanya dan segera tidur karena besok ada banyak tugas yang menunggunya.
Saat akan tidur pun mereka tidak bisa diam. Mungkin jika tidak bercanda, mereka tak akan bisa tidur. Dengan sempat-sempatnya mereka saling melempar bantal dengan saling mengucapkan kata-kata tidak jelas.
Benar-benar seperti anak kecil.

#LiveToShoot#

“Oh.. aku lapar. Hyung, ada makanan yang bisa ku makan atau tidak? Bagaimana jika aku kelaparan, nanti aku tak bisa bekerja maksimal. Bagai mobil tanpa bahan bakar,” kata Eun Gyul.
“Makanannya habis kau sikat tadi malam. Tan-pa si-sa,” kata Seung Hoo sambil meledek.
“Ya sudah nanti kita beli sarapan, ayo kita berangkat sekarang,” ajak Hyun Woo.
Mereka berangkat dengan tergesa-gesa karena harus membeli makanan dan juga pasti detektif Han Na sudah menunggu.
“Hyung, bagimana jika kita membeli tteokbokki*?”, tanya Eun Gyul.
“Bagaimana kita beli di tempat Ahumma*?”, kata Seung Hoo.
“Ah.. Hyung, kau telpon dulu Ajhumma agar ia tahu kalau kita akan datang,”  kata Hyun Woo pada Seung Hoo yang jelas-jelas Seung Hoo empat bulan lebih muda dari Hyun Woo.
“Baiklah, dan stop memanggilku 'Hyung', aku ini lebih muda empat bulan darimu,” kata Seung Hoo marah karena ia selalu dipanggil 'hyung' oleh Hyun Woo.
“Terserah aku mau panggil kau apa. Jika aku mau kamu akan aku panggil 'noona*' juga tidak apa-apa,” balas Hyun Woo.
“Kita sudah sampai,” kata Eun Gyul menghentikan perkelahian mereka berdua.
“Baiklah kita harus bergegas,” ucap Eun Gyul lagi.
“Ahjumma... Anyeonghaseo*. Bagaimana kabarmu?” sapa Hyun Woo sambil berlari menuju ahjumma.
“Aku baik-baik saja. Aku tahu kalian kesini pasti karena kalian belum sarapan dan pasti sedang terburu-buru,” kata ahjumma menebak-nebak, tetapi memang benar.
“Oh Ahjumma. Ahjumma paling tahu apa yang kita butuhkan. Ahjumma, tolong buatkan aku satu, dua, tiga. Ah tiga porsi saja, tapi karena aku buru-buru jadi aku tidak makan disini,” kata Seung Hoo.
“Iya. Tidak apa-apa. Ini Ahjhuma sudah siapkan saat tadi Seung Hoo menelponku,” kata Ahjumma sambil memberikan tiga bungkus ddukbokki.
“Ahjumma kita berangkat dulu dan maaf tak bisa lama disini. Rekan kerja kita sudah menunggu,” kata Hyun Woo melambaikan tangan.
“Oh, iye* bekerja keraslah kalian,” ucap Ahjjumma yang masih memandang punggung yang mulai meninggalkanya sambil melambaikan tangan.

#LiveToShoot#

Sesampainya di kantor, detektif Han Na sudah menunggu.
“Anyeonghaseo, maaf lama menunggu,” sapa Seung Hoo.
“Ne, anyeonghaseo. Saya juga baru datang. Ngomong-ngomong kita harus kemana dulu, karena tempat penyidikan kita tidak sedikit jika mayat dan pelaku tidak kunjung ditemukan,” kata detektif Han Na.
“Kita harus ke Gonyang Hospital. Karena kita harus memeriksa data-data tentang Direktur Seo,” kata Hyun Woo.
“Baiklah saya yang menyetir mobilnya. Dimana kuncinya?” kata detektif Han Na.
“Ini kuncinya,” kata Eun Gyul sambil memberikan kunci mobilnya.
Saat diperjalanan semua diam kecuali dua orang yang duduk dikursi belakang, Eun Gyul dan Seung Hoo. Walaupun mereka tidak bicara tetapi mereka sangat usil. Dan hingga Eun Gyul membuka pembicaraan.
“Oh.. ya! Kenapa tak ada yang bicara? Aku lelah hanya diam tapi usil dengan Seung Hoo hyung. Han Na-ssi kau kan belum memperkenalkan diri?”, kata Eun Gyul.
“Oh ne. Mianhae*, namaku Seo Han Na. Senang bertemu kalian semua, semoga kalian senang berkerja sama denganku,” kata Han Na memperkenalkan diri.
“Aku Seung Hoo, yang disebelahku ini Eun Gyul dan yang didepan adalah Hyun Woo. Detektif Han Na apakah kau tahu sesuatu tentang Direktur?” tanya Seung Hoo.
“Aku tahu, dia adalah ayahku. Dia dikabarkan mati dibunuh. Saat aku mendengar berita itu dan aku sebagai detektif sangat ingin menyelesaikan kasus ini, karena aku sangat sayang kepada ayahku dan aku harus mengetahui siapa pelakunya,” jelas Han Na hingga meneteskan air mata.
“Han Na-ssi, kami tak bermaksud. Oh aku turut berduka cita,” kata Seung Hoo.
“Gwaenchana*, kita sudah sampai,” kata Han Na yang sedang mengusap air mata.
Mereka semua langsung masuk ke Gonyang Hospital dan langsung menemui nyonya Sofia Kim diruangannya. Beliau menggantikan posisi Direktur yang sudah meninggal.
“Anyeonghaseumnika*. Kami dari kepolisian dan kami berkerja sama dengan detektif Han Na untuk menyelidiki kasus kematian dari Direktur. Mohon kerja samanya,” kata Hyun Woo dan dilanjutkan membungkukan badan sembilan puluh derajat saat bertemu dengan nyonya Sofia Kim.
“Oh ne. Anyeonghaseo. Terima kasih atas kedatangan dan bantuannya. Saya berharap yang terbaik untuk suami saya,” kata nyonya Sofia.
“Ne. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk nyonya. Dan kami juga berkerja sama dengan anak nyonya jadi kami mudah untuk menggali informasi,” kata Seung Hoo.
Setelah lama berbincang, mereka memulai proses penyelidikan. Mereka menemui beberapa dokter yang ada di Gonyang Hospital. Dan salah satu dokter yang mereka temui adalah dokter spesialis forensik yang bernama Seo Ahn Na untuk membantu penyelidikan. Dokter yang biasa dipanggil dengan sebutan dokter Ahn juga anak dari Direktur Seo dan juga saudara kembar dari detektif Han.
“Eonni*, apakah kau sibuk?”
“Aniya*, memang ada apa?” 
“Kami akan mengadakan penyelidikan dari kasus kematian ayah. Jadi mohon untuk kerja sama,” jelas Han Na.
“Baiklah aku akan berkerja sama dengan kalian. Seo Ahn Na, senang bertemu dengan anda semua,” sapa Ahn Na yang masih bersikap dingin.
“Senang bertemu dengan mu,” kata Hyun Woo sambil mengulurkan tangan guna menandakan setujunya untuk berkerja sama. Dan langsung disambut oleh tangan halus dokter Ahn Na.
Mereka memasuki ruang pribadi dokter Ahn Na yang berada di lantai paling atas.
“Baik langsung kita mulai. Apakah ada catatan bahwa Direktur mengidap penyakit berbahaya?” tanya Seung Hoo memulai penyelidikan.
“Tidak. Sebagai dokter beliau sangat menjaga kesehatannya. Dan beliau adalah orang yang sangat terbuka, jadi beliau akan selalu bercerita kepadaku maupun Han Na apapun yang terjadi pada dirinya,” jawab dokter Ahn Na.
“Baik, kalau untuk rumah sakit. Beliau adalah orang yang membangun kemajuan disini. Apa anda tahu jika beliau memiliki saingan sesama dokter?” tanya Hyun Woo.
“Tentu. Sebagai pemegang jabatan tertinggi banyak sesama dokter yang iri menginginkan jabatan itu. Dan tidak hanya dokter dari rumah sakit ini, rumah sakit dari luar negeripun ada. Karena  rumah sakit ini menjadi rumah sakit maju karenanya,” jelas dokter Ahn Na. 
“Baik. Terima kasih, sampai jumpa. Kita bisa melanjutkan dilain waktu, dan terimakasih. Mohon untuk bekerja sama” kata Hyun Woo mengakhiri penyelidikan dan dilanjutkan saling berjabat tangan.
Detektif Han Na yang masih harus melanjutkan pekerjaan, ikut pergi dengan para detektif yang lain. Mereka kembali ke kantor polisi untuk mendiskusikan hasil penyelidikkan pertama.
“Han Na-ssi, menurutmu ada yang aneh atau tidak?” tanya Eun Gyul.
“Hmm.. menurutku, ada. Kalian tahu saat Ahn Na mengatakan bahwa ayah memiliki saingan kerja diluar negeri. Tetapi setahuku justru diluar negeri, fasilitas pengobatan lebih maju. Contohnya jika rumah sakit kita tidak bisa mengoperasi komplikasi akut pasti pasien akan dirujuk ke luar negeri. Dan itu pasti Amerika,” jelas Han Na panjang lebar.
“Hmm.. masuk akal. Oh apakah Direktur Seo memiliki saudara di luar negeri?”, tanya Seung Hoo.
“Ne. Saya memiliki ahushi* disana,” kata Han Na. 
“Ah. Ini mungkin dan tidak mungkin,” Kata Eun Gyul. 
“Baik kita sampai disini dulu. Kita lanjutkan besok,” kata Seung Hoo.
“Han Na-ssi, boleh aku minta nomor ponselmu, ini untuk mempermudah pekerjaan?”, tanya Eun Gyul.
“Oh ne. Kau tulis ya. xxxxxxxxx,” kata Han Na.
“Gamsahamnida,” ucap Eun Gyul.
“Mau kami antar? Kami akan pulang,” Ajak Hyun Woo.
“Baiklah aku ikut kalian, tapi aku tidak ke rumah. Aku ke apartemen, aku saja yang menyetir,” kata Han Na.
Mereka saling mengobrol saat diperjalanan menuju apartemen Han Na.
“Sudah sampai, gamsahamnida. Sampai jumpa besok,” ucap Han Na saat turun dari mobil.
Mereka tidak langsung pulang. Mereka harus membeli beberapa bahan makanan disupermarket terlebih dahulu untuk makan malam dan sarapan besok.
.
.
.
.
Glosarium:
- Ya! : hei!
- Hyung: sebutan kakak laki-laki dari laki-laki
- So Nyo Si De: SNSD ato sering disebut Girs Generation
- (-ya): akhiran pada nama yang panggilan terakhir pake huruf vokal
- Palli: cepat
- Arraseo: mengerti
- Ne: baik
- Changkaman: sebentar
- Geurae: baiklah
- Tteokbokki: kue beras
- Ahjumma: bibi
- Noona: sebutan kakak permpuan dari laki-laki
- Iye: iya(in)
- Mianhae: maafkan aku
- Gwarnchana: kau tidak apa-apa
- Anyeonghaseumnika: halo/ sapaan(f)
- Eonni: sebutan kakak perempuan dari perempuan
- Aniya: tidak
- Ahjushi: paman
.
.
.
..........................................................................................

A/N:
Ini post-an gua yang pertama, jadi ya gitulah.. kenapa gua milihnya abang Lee yang jadi pemain utamanya? Soalnya, gua pas liat drammanya langsung... yu know wat ai mean lah ya.. jadi mulai dari situ gua mulai cari-cari tentang abang Lee. Nah kalo Seung Hoo, gua tau kalo sebenernya abang Lee juga deket ama Sung Hoo y udah gua masukin aja dia. Terus Eun Gyul-nya, dia itu salah satu char yang pernah dimainin didramanya.
Eh kok jadi curhat yak?/ au ah gelap
Kalo mau kirim saran sama komentar, gua trima dengan terbuak...
Trims dah mampir...

3 komentar:

  1. Ciye jadi firstcoment
    whahahah..
    Mampir ke blog... eh malah mampir blog orang somvlak.
    #Gomen lani..
    Lanjut sampe end chapter dong. Tak enteni..wkwk
    satu kata untukmu
    kamu tebaik*nada boboboy*

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyap, arigatou..
      sebenernya masih banyak ide. tapi enteh gimana kok macet ya. kena wrinten block. ato kapan-kapan posting ide lain aja yak??

      Hapus